[Diary Haji] Hari #16 – Alhamdulillah, Raudhah!


Selasa, 22 Oktober 2013 (17 Dzulhijjah 1434H)
Sambungan dari cerita hari ke-15: [Diary Haji] Hari #15 – Jelajah Utara Nabawi

Allah mengabulkan doa saya agar diberi kesempatan untuk salat dan masuk Raudhah siang ini. Saya pikir mens saya akan berlangsung selama seminggu sebagaimana siklus normal saya sebulan-bulannya, eh tahunya cuma empat hari. Alhamdulillah, ini seperti hadiah besar buat saya sebelum kembali ke Jepang. Rezeki memang suka datang di saat yang tidak disangka-sangka, ketika kita justru sedang hopeless. Lha gimana nggak hopeless, kalo Anda ngikutin cerita saya, cobaan datang beruntun.. dapat mens dua kali, kena flu parah sehingga harus bermasker sepanjang waktu, sekalinya pengen masuk masjid Nabawi pertama kali ditolak pula 😛

Ikut Kloter Siang

Ada tiga kloter masuk Raudhah untuk jemaah wanita, yakni di pagi hari ba’da Subuh, siang ba’da Duhur, dan malam ba’da Isya. Oleh karena itu, seperti yang saya sebut sebelumnya, para jemaah wanita serombongan mengasumsikan hanya kloter pagi dan siang saja yang sebenarnya memungkinkan untuk diikuti. Yang malam itu bisa jadi baru jam sepuluh malam masuknya. Harus betul-betul diniatkan pulang larut atau sekalian mabit di masjid. Hehe..

Nah, sebenarnya kloter pagi lebih lowong antriannya dan sudah ada teman-teman yang berhasil masuk, tapi saya harus memastikan suci dulu pagi ini sebelum akhirnya bisa masuk dengan mudah di kloter siang. Ada banyak tips untuk bisa berdoa di Raudhah di luar sana. Karena yang mengantri masuk Raudhah ini banyak sekali dan terbatas kuotanya, tidak semua orang bisa langsung masuk di usaha pertama. Saya nggak melajarin strategi blas, cuma waktu itu begitu selesai salat langsung pasang mata dan telinga agar tidak ketinggalan ketika ada woro-woro untuk berkumpul bagi mereka yang ingin masuk Raudhah. Nggak berdoa, neng? Nah, ini dia gunanya datang lebih awal, agar kita bisa memperbanyak salat sunnah sebelum Duhur dan berdoa lama-lama seusai salat sambil menunggu azan. Begitu beres salat wajib, bisa langsung melesat! 😆 karena lokasi berkumpulnya random, bisa di dekat saf tempat kita salat bisa juga jauh, kita harus peka dengan pengumuman.

Panorama inside Raudhah area in Masjid Nabawi (click to zoom). Foto yang diambil oleh suami sebelum saya akhirnya juga dapat giliran ke sini.

Tausiyah oleh Asykar

Selama menunggu giliran masuk Raudhah, setiap grup mendapat tausiyah singkat dari para asykar. Itulah sebabnya pembagian grup ditentukan berdasarkan bahasa yang digunakan jemaah, selain juga karena pertimbangan postur tubuh yang berbeda-beda antar bangsa. Dulu katanya persaingan masuk Raudhah itu rusuh banget karena orang Asia Tenggara/Timur yang kecil-kecil dicampur sama orang Arab yang gede-gede, kena sikut lah, kena injek lah.. semacam pas tawaf saja.

Pesan lainnya dalam tausiyah asykar kami yang sempat teraabadikan dalam catatan saya adalah hadis berikut:

Sesungguhnya para nabi tidak akan masuk ke dalam surga sebelum aku masuk kedalamnya dan umat mana pun tidak akan diperbolehkan masuk kedalamnya sebelum umatku memasukinya (HR Abu Dawud)

Dua Perhentian Sebelum Area Makam

Setelah terbentuk grup-grup, kami disuruh menunggu sambil duduk, berjalan, duduk lagi, dan kemudian memasuki Raudhah. Perhentian pertama adalah di belakang saf-saf salat, tak jauh dari tempat asykar memanggil-manggil kami untuk merapat ke grup yang tepat (mereka bawa papan dengan nama-nama negara). Disinilah kami mendengarkan tausiyah dari para asykar yang sangat fasih berbicara dalam bahasa asal negara terkait. Jalan melewati tempat wudu, kami dipersilakan duduk lagi di depan kawasan Raudhah. Di sini kami bisa mengobrol satu sama lain dengan teman segrup. Tak disangka dari obrolan teman sebelah, ternyata saya ketemu kakak kelas seprodi yang masih kenal dosen-dosen zaman saya!

Waiting for entering Raudah. Perhentian kedua sebelum masuk Raudah, di sini tidak ada tausiyah dan harus tenang, tapi masih bisa mengobrol dengan jemaah lain.

Di Dalam Raudhah

Saya tidak mengambil foto sama sekali di dalam Raudhah. Jangankan ambil foto, untuk sekedar duduk dan salat saja cukup susah karena orang berlalu-lalang di depan kita banyak sekali. Waktu yang disediakan untuk tiap grup pun singkat. Kebayang kan sebanyak apa peminatnya sehingga meskipun sudah dibagi-bagi dalam kelompok kecil yang masuk bergiliran pun masih saja berdesak-desakan.

Melihat kondisi yang ada di mana depan dan kanan kiri saya tidak ada ruang kosong lagi, saya mengurungkan niat untuk salat dan hanya memanjatkan doa-doa pribadi serta titipan.

Bersambung ke hari ket-17 (terakhir): Rabu, 23 Oktober 2013 (18 Dzulhijjah 1434H)

Leave a comment

1 Comment

  1. Daftar Tulisan Seri “Diary Haji” | .:creativega:.

Wait! Don't forget to leave a reply here.. :D