[Diary Haji] Hari #17 – Berburu Kurma Segar di Madinah


Rabu, 23 Oktober 2013 (18 Dzulhijjah 1434H)
Sambungan dari cerita hari ke-16: [Diary Haji] Hari #16 – Alhamdulillah, Raudhah!

Bosan dengan menu ala Arab (padahal udah mau pulang juga :P), pagi ini kami iseng mencari restoran Indonesia yang katanya ada di sisi utara masjid Nabawi. Sebelumnya kami memang sudah pernah ke sisi sana, tapi sebatas belanja di pertokoan di sisi barat yang sangat dekat dari masjid. Nah, restoran Indonesia ini jalannya agak jauh dikit, ke arah timur kalo dari menara jam depan Nabawi. Di situ ternyata ramai banget restoran dari beragam bangsa selain Arab berderet.

Tired of biryani rice? Try to go to a number of Asian restaurants accross of Dar Al-Taqwa hotel.

Hanya ada satu restoran (baca: lebih kaya warung) Indonesia di sana, namanya Sidoel Anak Madinah (mungkin terinspirasi dari sinetron “Si Doel Anak Sekolahan”). Lumayan, menu-menunya mantap banget kaya warung tegal. Saat kami datang, yang ngantri wajah-wajah Arab semua. Itu tandanya makanan kita digemari mereka juga 🙂 Kurang tahu yang punya warung ini orang Indonesia asli atau orang asing, yang jelas pegawainya muka-muka Asia Selatan 😛

Indonesian restaurant in Medina. Namanya lucu banget: Sidoel Anak Madinah :))

Tur Kawasan Masjid Nabawi

Di halaman Masjid Nabawi, banyak mobil golf berkeliaran dengan sopir mengenakan penutup kepala dari kain segiempat putih bermotif kotak-kotak merah (keffiyeh) khas pria Arab. Beberapa kali ke masjid, nggak kepikiran mau naik mobil itu karena dikirain cuma buat orang-orang special needs aja seperti lansia, anak kecil, atau disable. Sekedar pengen-pengen aja.. eh, tahunya waktu pulang beli sarapan di Sidoel dan lewat situ, kami ditawarin sama seorang mas guide buat naik ke mobilnya. Wah, seneng banget! Lumayan bisa ngitarin masjid tanpa gempor, apalagi di saat flu menyerang seperti kala itu.

Muka girang kaya bocah naik odong-odong 😀

Selama menumpang mobil guide ini, sopirnya sempat ganti sekali dan sopir kedua (beda dengan yang di video) lumayan banyak ngomongnya, bisa bahasa Inggris dan sedikit bahasa Indonesia juga. Hihi. Sebagaimana judulnya, seharusnya sih mereka bocorin info-info penting seputar masjid dan lingkungannya dong ke para penumpangnya, tapi ya gitu.. malah kami ditanya asalnya dari mana dan dalam rangka apa ke sini, terus bahas Indonesia deh :doh:

Mobil ini bisa menampung hingga enam orang, termasuk sopir. Kalo sedang luang dan ingin mencoba, cari deh mobil yang masih cukup kursi kosongnya, lalu lambaikan tangan saja ke sopirnya. Bisa turun di mana pun kita mau dan nggak akan disuruh turun kalo kita belum ingin. Kami sendiri naik sampai mobilnya kembali ke tempat semula karena emang belum niat masuk masjid, cuma pengen nyobain aja.. makanya di foto dan video kelihatan kalo penumpang lain sampai berganti-ganti 😀

Belanja Kurma Segar

Pergi ke Saudi belum lengkap rasanya kalo tak belanja kurma segar. Walaupun sudah cukup puas makan kurma yang aneh-aneh ketika di Mekkah sebelum masa haji, saya masih penasaran dengan kurma segar. Di Madinah ada daya tarik berupa pasar kurma dan kebun kurma. Kebun kurma sayangnya harus pass dulu kali ini.. nggak diajakin sama agen juga, sih 😥 Lagipula kalo mau ke sana sepertinya harus niat banget, sih, karena lokasinya agak jauh dari pusat kota dan tur didalamnya mungkin bakal makan waktu seharian.

Berbekal petunjuk dari blog seorang jemaah umrah asal Malaysia yang menulis tentang pengalamannya belanja kurma segar di pasar kurma beberapa bulan sebelum kedatangan kami, siang ini selepas salat Duhur kami pun pergi ke pasar kurma. Sebetulnya pengen ke Raudhah lagi, tapi malam ini kami sudah harus berangkat ke bandara, jadi tidak ada waktu lagi untuk misi yang satu ini 😛

Dates market near al-Masjid an-Nabawi. Pasarnya sudah modern, semua penjual punya toko seperti ini.

Rothana dates, one of the hundreds of types of dates sold in the dates market. Rata-rata harga kurma di sini lebih murah daripada yang dijual di supermarket dan/atau di pedagang kaki lima.

Fresh dates, in various stage of ripeness, sold in the dates market. Kurma segar ada yang dijual dalam kemasan dan dibekukan seperti ini atau yang masih ada batangnya (tidak dibekukan).

Dengan menimbang bagaimana kurma segar ini nanti bisa selamat setelah kurang lebih sehari semalam perjalanan, tidak banyak kurma segar yang bisa kami beli. Hanya dua kontainer beku dan seikat kurma segar yang masih kuning / hijau titipan sahabat di Indonesia (note: kami memang back for good dari Jepang sekembalinya dari haji). Konon, kurma muda bisa membantu kesuburan wanita alias bikin cepat hamil. Hmm.. entah kenapa saya selalu skeptis dengan hal-hal seperti itu. Saya sempat cari referensinya dan belum nemu yang ilmiah, kecuali memang iya kurma (tidak harus yang muda, malah katanya yang dried lebih bagus) bermanfaat untuk kesehatan ibu hamil selama mengandung dan membantu proses persalinan. Ini sudah dibuktikan melalui sejumlah penelitian yang bisa Anda baca paper-nya di situs-situs jurnal kesehatan.

Date fruit contains saturated and unsaturated fatty acids such as oleic, linoleic, and linolenic acids, which are involved in saving and supplying energy and construction of prostaglandins. In addition, serotonin, tannin, and calcium in date fruit contribute to the contraction of smooth muscles of the uterus. Date fruit also has a laxative effect, which stimulates uterine contractions. (Sumber: mamanatural)

Sementara ini saya anggap makan kurma muda untuk program hamil hanya sebatas kepercayaan masyarakat dari mulut ke mulut saja 😀 Kandungan kurma yang bisa membantu menyeimbangkan hormon manusia, melemaskan otot-otot, dan meningkatkan energi bisa jadi sebenarnya memang menjadi salah satu faktor yang membantu berhasilnya pembuahan dan pembentukan embrio. Akan tetapi, masa sih harus kurma muda? Susah tahu nyarinya! Hehe.

Anyway busway.. akhirnya saya bawa pulang ke Jepang juga itu kurma muda yang masih segar lengkap dengan batangnya, tapi karena tidak tahan lama tentu saja saya sudah copotin batangnya dan saya masukkan ke dalam wdah kedap udara disertai ice pack biar selamat sampai tujuan. Kami masih harus transit di Korea sehari, tapi untungnya ada kulkas jadi bisa didinginkan lagi.

Medium-ripe look like red grapes. Kurma setengah matang (kemampau istilahnya orang Jawa).

Nah, saat beli wadah kedap udara untuk kurma itu (baca: tupperware ala-ala) kami lihat toko sajadah yang sangat amat menggoda selera dan baru ingat belum ada kenang-kenangan buat di rumah kami sendiri. Akhirnya kami belanja sajadah untuk diri sendiri. Suami menjatuhkan pilihan pada sajadah bermotif ka’bah zaman dulu, sedangkan saya beli sajadah tenun made in Syria yang tipis lebar dengan tas lebar (ukuran A4 – di episode sebelumnya saya cerita beli oleh-oleh buat saudara-saudara perempuan, yang itu tasnya kecil, tapi ukuran sajadahnya sama, beda cara melipat saja).

Old Ka’bah. Sajadah klasik pilihan suami yang menampilkan ka’bah zaman dulu dengan latar belakang pegunungan.

Bus Datang Tepat Waktu

Singkat cerita, hari pun berganti malam dan untuk pertama kalinya dalam sejarah perjalanan haji kami selama dua minggu itu, bus kami datang tepat waktu jam 6 sore! Eh, malah kitanya para penumpang yang nggak bisa berangkat on time karena orang-orang maunya sekalian salat Magrib dan Isya dulu di masjid Nabawi. Jadinya, tetap aja baru cus go ke bandara pukul 20.00 ++. Selain salat, beberapa jemaah juga gantian minta izin ke toilet, termasuk saya :mrgreen:

Panorama of the courtyard of Masjid Nabawi

May Allah bless me to go back here.. Amen

Last capture of Nabawi. See you again the Prophet’s Mosque, in shaa Allah 🙂

Terima kasih banyak, ya Allah, atas kesempatan indah yang Engkau berikan kepada kami untuk berkunjung ke rumah-Mu, napak tilas tempat-tempat yang pernah menjadi bagian dari keseharian Rasulullah SAW, dan melihat keanekaragaman umat beliau secara langsung. Semua itu sungguh membekas dan mengubah hidup kami hingga detik ini. Benar pepatah bilang bahwa seeing is believing. Mengingat bagaimana agama Islam sampai kepada kami setelah menjalani haji dan merasakan reka ulang kehidupan para nabi/rasul dalam skala debu, alias tak ada apa-apanya dengan kejadian aslinya, membuat kami semakin bersyukur Allah tetapkan iman ini atas kami dan meyakini kebenaran hakikinya. Semoga ada kesempatan datang lagi ke sini dengan keluarga kami lainnya nanti 🙂

Sneak peek our return bus to the airport

Menjelang pukul 21.00 bus kami baru bergerak. Suasana jalan masih sama seperti hari-hari sebelumnya, macet di titik-titik tertentu. Jelassss… di antara jutaan jemaah haji itu bukan hanya kami yang kembali ke bandaranya malam ini. Hehe. Jadwal penerbangan kami masih keesokan paginya dari Jeddah International Airport (JED), jadi enak banget lah perjalanan malam ini bikin nggak grusa-grusu.

*****************  Akhir dari Diary Haji ***************

Dengan adanya episode ke-17 ini, berakhir sudah bagian inti dari seri “Diary Haji” yang saya tulis di blog ini. Alhamdulillah kelar juga setelah dicicil empat tahun dengan curi-curi waktu nulis di antara kesibukan ngurus bocah di tiga tahun terakhir T_T Mohon maaf untuk teman-teman yang pernah bertanya mana lanjutannya dan terima kasih bagi yang sudah menghubungi secara pribadi. Saya nulis diary ini selain untuk dokumentasi pribadi juga karena dulu merasakan betapa susahnya cari referensi haji/umrah yang ditulis secara personal dan detil dalam bahasa Indonesia. Sebuah blog berbahasa Inggris milik seorang hamba lelaki-Nya yang memuat cerita haji day to day-nya menginspirasi saya untuk membuat reportase serupa. I enjoy it, so I make it real on my own!

 Meskipun cerita hariannya sudah selesai, seperti juga sebelumnya ada tulisan-tulisan pendukung yang nyempil tetap saya masukkan ke kategori sama untuk memudahkan pembaca menelusuri tema terkait, kisah perjalanan pulang tetap akan saya tuliskan setelah ini. So, stay tune di blog ini ya! (halah, kaya apa aja)

Bersambung ke [Diary Haji] Catatan Kepulangan dan Ulasan Proses 🙂

Leave a comment

3 Comments

  1. triset

     /  December 11, 2017

    Alhamdulillah dpt gambaran mendetail tentang rangkaian haji…. Bisa membayangkan sambil belajar sampai waktunya Allah memanggil ke tanah suci Amien

    Reply
  2. coecoe

     /  October 30, 2018

    makasih ceritanya bu haji, saya jadi tambah wawasan dan gambaran mengenai ibadah haji
    alhamdulillah tamat juga baca diary nya,,..hehe

    Reply

Wait! Don't forget to leave a reply here.. :D