[Diary Haji] Hari #10 – Saat Maut Terasa Mendekat

Rabu, 16 Oktober 2013 (11 Dzulhijjah 1434H)
Sambungan dari cerita hari ke-9: [Diary Haji] Hari #9 – Antara Muzdalifah, Mina, dan Mekkah

Jumrah Kedua

10.1 - breakfast Mina 11 Dzulhijjah

Sarapan 11 Dzulhijjah di Mina: semacam ikan tongkol goreng

Pagi hari ketiga berdiam di Mina ini bisa dibilang adalah yang paling tenang dibandingkan hari-hari sebelum dan sesudahnya. Selain tinggal separuh jemaah kami yang tersisa di Mina, tidak ada agenda kegiatan dari agen maupun panitia haji hari ini. Namun, sebagai bagian dari wajib haji, jemaah masih harus menunaikan lempar jumrah kedua. Sebagian rombongan kami yang pergi ke Mekkah dini hari tadi belum kembali. Mereka bersama ketua rombongan dan ustaz pembina dijadwalkan melaksanakan thawaf ifadah di Masjidil Haram pagi ini sebelum Subuh dan kembali sebelum azan Dzuhur. Bukan hanya suasana yang agak beda, melainkan juga menu sarapan kami kali ini: ikan goreng cita rasa Indonesia 😛

Menjelang Dzuhur, kami yang tetap stay di Mina pun bertolak sendiri menuju Jamarat dipimpin seorang jemaah haji lain yang ditunjuk oleh Mr. Mian, entah siapa, sepertinya berasal dari kontingen negara lain. Sebelumnya, Kamijo-san, satu-satunya pria Jepang dalam rombongan kami yang beristrikan wanita Indonesia dan membawa serta ketiga anaknya, telah kembali dari Jamarat. Ia berangkat lebih dulu untuk menghindari kepadatan jemaah karena mengajak serta anak perempuannya (foto ada di tulisan sebelumnya). Kasihan anaknya kalo harus berdesak-desakan dengan manusia sebanyak itu. Ia dan seorang pria Bangladesh, suami satu-satunya wanita Jepang dalam rombongan kami (penting banget yak gue jelasin.. wkwkwk), sama-sama harus mewakili pasangannya yang berhalangan lempar jumrah.

10.2 - walk to Jamarat 11 Dzulhijjah

Suasana perjalanan menuju Jamarat hari kedua lempar jumrah, kali ini saya sempat mengambil gambar 😀 Kami berangkat sendiri tanpa dipimpin oleh ketua rombongan karena beliau masih bersama jemaah yang kembali ke Mekkah malam harinya untuk thawaf ifadah

Jejalan manusia tetap padat seperti hari sebelumnya, tapi hari ini lebih ada ruang untuk bergerak lah. Mungkin karena di hari pertama sudah banyak jemaah yang tahu lokasi dan situasinya, mereka bisa merencanakan perjalanan lebih baik. Mungkin juga karena sebagian tersedot ke Mekkah seperti separuh rombongan kami. Singkatnya, selama kami bergandengan tangan dengan pasangan masing-masing (udah nggak ihram, yes!) menikmati perjalanan ke Jamarat hari kedua itu suasana berjalan sungguh damai dan tentram, hingga akhirnya terjadi huru-hara di terowongan Mina yang kami pikir hampir merenggut nyawa kami. (more…)

[Diary Haji] Daftar Bawaan dan Persiapan Sebelum Berangkat

Tak terasa musim haji sebentar lagi kembali hadir. Saya kembali diingatkan untuk melanjutkan sharing tentang haji dari Jepang yang baru selesai 6 per 15 hari 😀 Tolong maafkan kemalasan saya.. sebelum lanjut ke hari berikutnya (semoga sampai tamat, aamiin) berikut saya bagi daftar bawaan haji dulu barangkali calon jemaah tahun ini butuh referensi.

Pertama-tama, jika Anda pergi dengan pasangan atau anak, pastikan dulu bagaimana nanti tempat tidurnya apakah bersamaan atau terpisah. Pengalaman saya kemarin agak salah strategi karena kami maunya bawa koper yang siap hilang (ini sekaligus dipesan oleh penanggung jawab rombongan) 😀 dan kebetulan koper yang seperti itu di rumah kami berukuran besar, jadi barang saya dan suami digabung ke koper tersebut. Hal ini cukup merepotkan selama di penginapan yang terpisah ikhwan vs akhwat. Saya harus switch items koper besar itu dengan koper ukuran kabin agar barang-barang suami bisa dibawa ke kamarnya. Belajar dari pengalaman itu, “Packing”  menurut saya merupakan salah satu aplikasi traveling yang bagus sekali karena sudah menyertakan kolom person dan bag. Sebenarnya saya juga pakai aplikasi ini, tapi waktu packing tetep nggak disusun menurut person (kepemilikan barang) 😀

Ini dia gambaran isi aplikasinya… didalamnya sudah ada daftar kategori, jenis, dan nama barangnya, jadi kita tinggal pilih dan menambahkan yang belum ada di daftar aja (atau mengeditnya, misal dari “watch” jadi “arloji”). Sangat membantu, kan?

Gambaran aplikasi Packing dari App Store

Gambaran aplikasi Packing dari App Store

(more…)

[Diary Haji] Hari #5 – Tertahan di Jalan, lalu Kehilangan

Jumat, 11 Oktober 2013 (6 Dzulhijjah 1434H)
Baca juga cerita hari sebelumnya: [Diary Haji] Hari #4 – Ziyarah dan Istirahah (Bagian 1: di Mekkah)

Judulnya kali ini mengacu ke cerita milik suami yang ditimpa kemalangan. Apakah ini hanya cobaan yang sifatnya sunatullah  ataukah sengaja Allah berikan demi menghukumnya? Hanya Allah  semata yang tahu 😀 So, mari kita mulai kronologisnya…

Tak ada firasat bahwa hari ini akan begitu berat dijalani. Pagi ini, kami masih dapat salat Subuh beratapkan langit seperti biasanya, bahkan saya sampai menyesal nggak bawa kamera karena ada satu misi yang belum kesampean juga: mengabadikan azan dari Masjidil Haram. Meskipun manusia mulai tumpek blek di masjid, tetap saja suasana gelap menuju terang selalu syahdu di rumah Allah ini. Gosip yang beredar di maktab tadi adalah: kalo mau Jumatan berangkatnya jam 10 alias dua jam sebelumnya. (more…)

[Diary Haji] Hari #4 – Ziyarah dan Istirahah (Bagian 1: di Mekkah)

Kamis, 10 Oktober 2013 (5 Dzulhijjah 1434H)
Baca juga cerita hari sebelumnya: [Diary Haji] Hari #3 –  Menikmati Kota Mekkah Sebelum Penuh Sesak

Ziyarah dan istirahah adalah dua kata yang cukup mewakili warna pengalaman saya hari ini. Sengaja saya ambil bahasa Arab-nya biar senada akhirannya :D. Ziyarah, asal kata ziarah dalam KBBI, secara bahasa artinya mengunjungi tempat-tempat yang suci / keramat / berhubungan dengan tokoh, sedangkan istirahah, yang kita serap jadi istirahat, mengacu pada kondisi saya yang terpaksa beristirahat dari kegiatan ibadah mahdhah karena berhalangan. Selanjutnya, kita pakai bahasa Indonesia-nya aja yach..

Balada Obat Penunda Haid

Di bagian sebelumnya, saya mengakhiri cerita dengan kehadiran ‘tamu tak diundang’ yang alhasil bikin agenda salat Ashar, Maghrib, dan Isya’ bareng suami di Masjidil Haram gagal. Baru hari kedua menikmati masjid lho itu padahal.. Hiks. Hiks. Saya merasa sangat bersalah karena memang sudah dua hari nggak minum obat penunda haid lagi, yaitu saat hari keberangkatan dan berlanjut hingga selesai umrah keesokan malamnya (8 Okt). Kemarin (9 Okt) sebenarnya saya mulai minum obat itu lagi setelah Ashar begitu tahu kalo ada flek coklat keluar, tapi rupanya nggak mempan. Hingga sebelum Subuh pagi ini saya tetap mendapati flek, bahkan kali ini agak merah. Tersenyum kecutlah saya dibuatnya.. bagaimana jika seharian ini tidak berhenti? Sungguh, hati saya mulai dihinggapi rasa iri ketika melihat teman-teman bersiap pergi ke masjid 😦
(more…)

[Diary Haji] Hari #3 – Menikmati Kota Mekkah Sebelum Penuh Sesak

Rabu, 9 Oktober 2013 (4 Dzulhijjah 1434H)
Baca juga cerita hari sebelumnya: [Diary Haji] Hari #2 – Ketika Mulai Diuji Kesabaran Yang Lebih

Sacrifice (Pengorbanan)

Saya menangis terisak karena gagal salat* (Subuh) di Masjidil Haram lagi setelah sebelumnya cuma kebagian salat Maghrib di jalan raya. Penyebabnya sama pula, jalanan macet karena sudah dipenuhi shaf-shaf jemaah yang shalat di jalan itu dan azan keburu berkumandang saat kami masih terjebak di kerumunan para “perindu masjid”. Suami pun menenangkan saya, mengelus-elus kepala kaya saya ini masih bocah. Sebagai hiburannya, saya minta kami tetap melanjutkan perjalanan ke masjid dan berdiam di sana hingga waktu Duha. (more…)

[Diary Haji] Hari #2 – Ketika Mulai Diuji Kesabaran Yang Lebih

Selasa, 8 Oktober 2013 (3 Dzulhijjah 1434H)
Baca juga hari sebelumnya: [Diary Haji] Hari #1 – Talbiyah Pertama

Hari kedua ini mari kita mulai dengan jam kenol. Penantian sepuluh jam perjalanan, sebagaimana yang kami dengar dari pengumuman di pesawat, serasa sangat panjang.

Kaki sudah capek nekuk, mata sudah bosan merem, dan yang paling mengganggu apalagi kalau bukan “panggilan alam” yang ‘besar’ itu, campuran antara tegang dan kenyang 😀

Beberapa kali saya lihat local time di monitor TV pesawat, tapi jamnya tidak bergeser-geser dari pukul 00 sekian menit meskipun sudah lebih sejam dari jam tangan saya yang masih menunjukkan jam Jepang. Sepertinya karena tiap negara yang dilewati punya local time yang beda-beda, waktu pun jadi seperti terhenti.

It’s Time for Ihram!

Mendekati Riyadh, suami beranjak ke toilet agar dapat memulai ihramnya. Eits, ada apa gerangan? Ohoho.. saat ganti dari pakaian biasa ke baju ihram di Seoul itu ternyata dia dan beberapa temannya belum menyisakan hanya dua lembar kain ihram di badannya! Anda tahu kan maksudnya? Hihihi.. Suami curi start ke toilet sebelum pesawat berhenti di King Khalid International Airport, Riyadh untuk diisi bahan bakar. Menurut agen kami, dalam rute penerbangan dari Tokyo ke Jeddah, ada tiga alternatif tempat untuk memulai ihram, yaitu di rumah, Seoul, atau Riyadh.

(more…)

[Road to Hajj] Misi Besar 2013: Haji

Sebagai pendahuluan, saya ingin berbagi garis besarnya dulu tentang milestone yang sedang berusaha kami capai saat ini. Sebutlah namanya: haji. Inginnya nanti saya buat tulisan berseri yang bisa mengurai episode per episode atau by topic agar bisa jadi referensi bagi teman-teman dengan mimpi sama. Mudah-mudahan bisa terwujud. Aamiin. Ayo, pada doain saya terlindung dari niat yang bambang (BAsi MBANGet) :razz:.

Wangsit 2011

Mulai dari mana ya? bingung juga. Ohya, mulainya dari tahun pertama saya di Jepang. Saya yang nggak pernah kepikiran haji muda (minjem istilah “kawin muda” :mrgreen:) waktu itu tiba-tiba dapat info kalo haji dari Jepang bisa berangkat di tahun mendaftar. Ditambah ‘kompor’ dari teman sana teman sini bahwa:

  • pendapatan standar di Jepang, baik dari gaji maupun beasiswa (yang normal), kehitungnya mampu haji, tinggal bagaimana mengalokasikan dananya
  • mumpung di Jepang, usahain haji, kalo udah pulang ke Indonesia nunggunya lama
  • haji itu sebenarnya mudah, yang namanya menuhin rukun Islam itu juga sebenarnya biasa aja, hanya  kesempatan yang mahal harganya

Saya pun jadi tersulut pengen haji, tapi nggak cuma saya aja.. soalnya ortu belum haji. Betapa bahagianya kalo bisa bareng.

2012 Dapat Partner in Crime

Tahun berikutnya, alhamdulillah nikah sama suami yang sevisi: sebisa mungkin sebelum ninggalin Jepang haji dari sini. Setelah menikah, kami mulai mewacanakan “haji dari Jepang” kepada papa mama saya. Sebenarnya ingin berangkat tahun itu juga, tapi rasanya impossible mengingat waktunya sudah mepet untuk persiapan segala sesuatunya (nikah bulan Mei, haji September) dan ditambah saya masih kuliah. Udah cukup bandel kayanya saya minta cuti kuliah sebulan buat persiapan nikah.. tahu diri lah :grin:, maka kami rencanakan berangkat tahun berikutnya saja. Efek sampingnya, kami harus menimbang-nimbang sampai akhirnya memutuskan untuk menunda punya momongan. Ini pilihan sulit, sodara-sodara.. biasanya orang Indonesia suka bertanya perihal hidup orang lain seperti: Udah isi? Kok belum isi? dan sebagainya, jadi kuping tebal aja dan nggak ambil hati karena kekuatan kami adalah kesimpulan bahwa haji itu kewajiban (bagi yang mampu), sedangkan buru-buru punya anak itu bukan kewajiban kok, lagipula terserah Allah ngasihnya kapan, Dia tahu waktu yang terbaik :wink:. (more…)